Tak Pernah DitinggalkanNya Sendiri

Written by admin on . Posted in Renungan

(Roma 8:26-28)

Membaca bagian nas ini mengingatkan saya akan sebuah pengalaman keluarga kami berkenaan tantangan dan kesulitan yang kami alami beberapa tahun lalu. Sewaktu itu saya dan keluarga pada akhirnya memutuskan untuk kembali sementara waktu ke kampung halaman kami di Kupang. Karena kondisi ibu yang sakit berat serta tidak ada anggota keluarga yang memerhatikan dan merawatnya. Seusai beliau sembuh kami pun masih harus tetap tinggal mengingat pergumulan yang dihadapi keluarga semakin berat sepeninggal almarhum ayah ke rumah Bapa di Sorga beberapa tahun sebelumnya. Dalam situasi yang demikian berat dimana, masalah demi masalah harus kami hadapi. Saya dan keluarga dikuatkan kembali untuk dapat menghadapi tantangan dan pergumulan yang ada dengan terus belajar bersandar kepada Tuhan Yesus Kristus. Terbukti, Allah kembali memimpin kami sekeluarga melalui kesulitan yang ada dengan kasih dan kuasa-Nya. Hingga kami dimampukan melaluinya.

Senada dengan Roma 8:28, Matius 1:23, 28:20, Yesus sendiri telah menyatakan bahwa kehadiran-Nya bukan semata-mata untuk mengampuni dosa umat manusia. Melainkan juga untuk memastikan setiap orang kudus kepunyaan Allah itu mampu untuk menjalani kehidupan mereka di bumi yang ‘terlihat tidak menentu’ ini. Ketika Yesus kembali ke Surga, firman-Nya mencatat bahwa umat-Nya masih memiliki pengharapan untuk dapat menjalani kehidupan ini dengan kesadaran bahwa Allah tidak meninggalkan umat-Nya sendiri. Yesus berkata jika kita percaya maka Ia akan tinggal di dalam kita. Roh Kudus akan berdiam dalam hati kita. Ia-lah pribadi yang akan memampukan kita menjalani kehidupan dan realitanya yang ada. Ia yang akan memastikan kita untuk mampu menghadapi segala situasi yang tidak menentu yang mungkin saja terjadi di luar prediksi yang ada. Menjadi pertanyaan adalah dengan jalan apakah hal itu akan terwujud? Atau bagaimana kita dapat mengetahui bahwa Ia tidak meninggalkan kita sendiri?

Rasul Paulus dalam Roma 8 mencatat ada 3 jalan kita dapat mengetahuinya:

  1. Roh Kudus membantu kita dalam kelemahan kita (Ay. 26). “Kelemahan kita” dan “membantu kita”, menunjukkan bahwa Allah tahu bahwa kita terbatas, kita tidak berdaya sesungguhnya tanpa kehadiran dan pertolongan-Nya. Khususnya dalam menghadapi diri kita sendiri. Sebab itu, Roh Kudus ada untuk menolong kita menghadapi tantangan dari luar diri kita maupun godaan dari diri sendiri.
  2. Roh Kudus sendiri berdoa bagi kita kepada Allah (Ay. 26). Dalam situasi tertentu kita bisa saja mengalami kondisi dimana kita tidak dapat menyatakan pergumulan kita kepada siapapun. Dalam situasi yang demikian adanya, Roh Kudus hadir untuk menolong kita menyatakan pergumulan kita yang tidak terkatakan kepada Allah. Ini bukan berarti kita tidak lagi perlu berdoa dengan berkelanjutan atau terus menerus secara pribadi maupun bersama-sama.
  3. 3. Allah turut bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan bagi kita (Ay. 28). Hal ini menunjukkan bahwa sesungguhnya Ia adalah pribadi yang berdaulat atas seluruh kehidupan kita. Sesuatu yang terjadi di luar prediksi dan rencana kita sekalipun tidak menghalangi-Nya untuk melakukan berbagai kebaikan dalam hidup kita.

Jika demikian adanya, bagaimana dengan kehidupan Saudara hari ini? Adakah Anda mengandalkan Allah? Ataukah Anda masih berupaya menghadapi segala sesuatu dengan kekuatan sendiri? Tanpa menyadari bahwa kita terbatas dan kita senantiasa memerlukan Allah dalam kehidupan kita? Mari kita membangun suatu komitmen baru untuk mengikut sertakan Allah dalam seluruh keberadaan dan kehidupan kita melalui doa dan ibadah.

Ev. Budi Setia Y. D. P.